Era MotoGP yang Paling dibenci Para Pembalap dan Fans

Era MotoGP yang Paling dibenci Para Pembalap dan Fans

Era MotoGP yang Paling dibenci Para Pembalap dan Fans

Era MotoGP terbaik untuk sebagian orang mungkin ketika era mesin 500cc. Atau mungkin lagi bagi sebagian orang ketika era 1000cc, atau bahkan untuk sebagian orang lagi, era saat ini.

Jika ngomongin era terbaik MotoGP, kita tidak akan pernah ada habisnya berdebat akan hal ini. Karena setiap orang memiliki pandangan yang berbeda di setiap eranya.

Namun ada satu era yang mana era ini sangat dibenci, bukan hanya fans aja yang ngebenci era ini, tapi para pembalap MotoGP pun juga sangat membenci era ini.

MotoGP Era 800cc
MotoGP Era 800cc

Adalah era 800cc, kenapa pembalap membenci era 800cc? dan kenapa era 800cc harus ada? Jadi untuk memahami mengapa era 800cc diperkenalkan, kita perlu kembali beberapa tahun ke belakang.

Jadi pada tahun 2001, setelah sejarah selama 53 tahun, era 500cc GP berakhir dengan Valentino Rossi memenangkan gelar juara dunia pertamanya di tingkat tertinggi dengan NSR500.

Tahun 2002 akan menjadi awal dari MotoGP di era baru dengan mesin 990cc 4 tak yang diizinkan untuk berlomba di kelas tersebut.

Meskipun motor MotoGP tahun tersebut tidak memiliki suara melengking yang indah didengar, tapi motor-motor ini sangat menarik untuk ditonton.

Karena mesin motor ini memungkinkan para pembalap untuk melakukan slide dan drift di atas motor saat berakselerasi.

Siapa yang bisa melupakan adegan Nicky Hayden yang ngeslide di tikungan terakhir di Valencia, atau Manry yang melakukan hal yang sama dengan satu tangan di Phillip Island pada tahun 2006.

Era ini adalah era yang sangat menarik. Namun sayangnya di era mesin ini MotoGP memakan korban, yang mana pembalap MotoGP kala itu yang bernama Kato mengalami kecelakaan mengerikan di Grand Prix Jepang tahun 2003 di Suzuka.


Anehnya tentang hal ini adalah bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh Kato yang kehilangan kendali motor saat pengereman untuk Shiken. Dengan bagian belakang berguncang dan melemparkannya dari motor dan menabrak pembatas.

Kato berputar di udara dan jatuh di lintasan dan meninggal dua minggu kemudian. Anehnya adalah setelah kecelakaan tentu saja ada penyelidikan resmi.

Penyelidikan resmi terhadap kematian ini menunjukkan bahwa jika ada yang harus disalahkan itu adalah kurangnya perlindungan pembatas yang konsisten dan area run off yang terbatas.

Juga setelah crash tersebut, balapan juga tidak dihentikan dengan red flag. Karena hal tersebut, Kato tidak diangkat secara tidak hati-hati ke tandu yang mungkin hal ini menambah cederanya.

Dengan demikian, hasil akhirnya FIM memutuskan bahwa motor-motor tersebut terlalu cepat setelah hanya 12 bulan pengembangan.

Sehingga kapasitas harus dikurangi menjadi 800 cc untuk musim 2007. Apakah keputusan ini adalah jalan yang tepat?

Karena yang kita tahu semua, dalam pengembangan mesin khususnya di balap kompetitif, kemajuan teknologi tampaknya meningkat secara eksponensial setiap tahunnya.

Jadi setelah peraturan baru tersebut diberlakukan, dalam tes pramusim pertama, motor-motor baru yang lebih lambat ini malah mencetak rekor putaran baru. Kenapa bisa?

Ya, karena dengan torsi yang lebih rendah dan mesin yang berputar lebih tinggi, perbedaan utama dengan mesin 800cc adalah bahwa para pembalap harus mengubah pendekatan mereka untuk mengendarainya agar bisa mempertahankan kecepatan di tikungan.

Dengan peraturan mesin 800cc ini, kebanyakan orang mengharapkan Honda terus mendominasi.

Tapi sayangnya hal itu tidak terjadi karena kecerdasan pembalap Ducati baru yaitu Casey Stoner langsung menghancurkan dominasi honda.

Ya, walaupun motor Ducati tahun tersebut tidak memiliki handling yang cukup baik, tapi Casey bisa membuat motor itu melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain termasuk rekan setimnya yang lebih berpengalaman, yaitu Loris Capirossi.

Dalam tahun itu, Casey Stoner berhasil memenangkan 10 dari 18 balapan. Karena dominasi Ducati yang ada, Honda tidak terima, dan Honda ingin memperkenalkan batas putaran mesin terbaru untuk diperkenalkan di MotoGP.

Namun tim-tim lain menolak ide tersebut, karena mesin yang bekerja saat itu sudah bisa menghasilkan putaran di 19.000 RPM, dengan RPM yang sebesar itu, motor-motor ini sangat sulit untuk dikendarai.

Banyak pembalap yang bilang, motor 800cc ini mirip seperti motor 2 tak 500cc yang sulit dikendarai karena memiliki tenaga yang terlalu agresif.

Jadi, MotoGP 2 tak 500cc adalah yang terburuk dari yang terburuk menurut pembalap. Tapi, motor-motor 500 cc tersebut tidak memiliki banyak elektronik, sedangkan motor-motor 800 cc ini memilikinya.

Berarti era 800cc adalah motor terburuk dari yang terburuk, yaitu 500cc, dan ini adalah awal dari masalah sebenarnya dengan motor 800cc.

Jadi, untuk memaksimalkan motor yang ada, tim-tim mulai mengembangkan sistem manajemen mesin mereka dengan data engineer menjadi anggota tim paling penting.

Dengan penyesuaian ini, akhirnya tim bisa mengubah sifat motor-motor tersebut karena penyampaian tenaga bisa disesuaikan dengan pembalap.


Selain itu, akhirnya di era ini GPS on Board mengembangkan sehingga motor bisa mengetahui posisinya di lintasan dan menghitung jumlah torsi yang tepat yang bisa diterapkan pada ban pada sudut kemiringan tertentu di tikungan manapun.

Saking canggih elektroniknya, salah satu pembalap MotoGP kala itu yaitu Colin Edwards dapat mengganti ban ke slick pada motor yang disetel untuk ban basah.

Dalam 15 lap ke depan, elektroniknya belajar bahwa karena kecepatan motornya meningkat, kondisi track ke depan pasti akan kering dan Colin Edwards sekali lagi mengubah pengaturannya. Canggih banget kan ya?

Jadi di era tersebut, setiap pembalap bisa memiliki elektronik yang disetel untuk berakselerasi sempurna keluar dari setiap tikungan, yang menghilangkan aksi slide ban dan membuat menyalip menjadi lebih sulit.

Dengan adanya teknologi ini, para pembalap tidak lagi bisa melakukan apa yang mereka lakukan di era 990cc seperti melakukan pengereman dalam, menyalip dan keluar dengan torsi yang melimpah.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Ya karena mesin 800cc keluar dari powerbandnya, yang mana motor itu tidak akan memiliki kecepatan yang gitu-gitu aja dan akan mudah disalip. Oleh karena itu, aksi salip-penyalip menjadi sangat jarang di era tersebut.

Salah satu adegan menyalip yang paling ikonik dari era tersebut adalah ketika Valentino Rossi memenangkan balapan dengan menyalip Jorge Lorenzo di lap terakhir di Catalunya pada Juni 2009. Sisanya ya begitu, jarang banget adegan salip-menyalip yang ikonik.


Kemudian selain motornya, era ini semakin dibenci oleh pembalap karena adanya 3 produsen ban pada beberapa tahun pertama. Yaitu ada Bridgestone, Michelin, dan Dunlop.

Apa yang membuat era ini terhambat karena ban? Ya karena beberapa tim memiliki keuntungan tertentu di lintasan yang berbeda, yang menyebabkan para pesaing berada di posisi yang tidak seharusnya.

Kita ambil contoh pada tahun 2008. MotoGP memiliki situasi yang agak aneh, di mana para pembalap malah memilih merek ban, bukan timnya, dan Rossi memilih Bridgestone, dan Lorenzo, Michelin.

Hal yang sama terjadi di Honda dengan Dani dan Nicky yang memilih pilihan yang berbeda juga, yang mana hal ini tentu aja membingungkan untuk diikuti dan ditonton.

Namun ada satu sorotan pada tahun 2008. Dengan pertarungan epik antara Rossi dan Stoner di Laguna Seca, pertarungan ini terjadi sejak awal balapan.


Rossi melakukan overtake yang menakjubkan pada lap keempat, Rossi menyalip Stoner tepat sebelum tikungan corkscrew.

Sedikit melebar ke jalur luar, tetapi berhasil mengendalikan Yamaha-nya dan mempertahankan posisi terdepan, dan overtake yang berani ini mengejutkan Stoner.

Tak lama kemudian dia membuat kesalahan, melebar, yang mana hal ini tentu aja menjadi akhir dari pertarungan tersebut.

Dalam kesalahan itu, bahkan Stoner membuat kesalahan lainnya dan menjatuhkan motornya ke pasir, tetapi masih bisa finish di urutan kedua.

Di sini kan kita bingung, apa yang salah? Motor, pembalap, tipe ban, atau merek bannya? Jadinya ya semuanya serba bingung.

Tapi untungnya pada tahun 2009, Bridgestone menjadi pemasok tunggal untuk mengurangi biaya dan kecepatan di tikungan.

Kemudian selain itu, motor-motor tersebut masih sangat mahal untuk dikembangkan karena kebutuhan akan katup pneumatik dan elektronik yang sangat luar biasa kala itu.

Krisis keuangan juga melanda saat itu dan Kawasaki akhirnya memutuskan untuk tidak bermain lagi, yang mana Kawasaki secara tak terduga mengumumkan pada Januari 2009 bahwa mereka akan meninggalkan MotoGP.

Tahun 2009 adalah duel antara Rossi dan Lorenzo dengan Pedrosa dan Stoner yang sesekali mengganggu duel tersebut.


Meskipun banyak yang tidak suka dengan era ini, namun di era ini tepatnya tahun 2009 mungkin ini adalah tahun yang mengukuhkan status Rossi sebagai God, karena semua orang mengingat overtakenya yang tidak bisa dipercaya pada Lorenzo di Catalunya.

Ya, meskipun berhasil menang, tapi Rossi bukanlah penggemar 800cc. Ini dibuktikan pada September 2009 ketika Rossi ditanya apa pendapatnya tentang kelas 800cc. Rossi pun menjawab ;

Motor 990 kasar dan liar, tetapi dengan mesin yang hebat dan banyak tenaga, motor tersebut menyenangkan untuk dikendarai. Sedangkan motor 800 adalah motor yang buruk.

Pada dasarnya ini adalah motor yang sama tapi dengan tenaga yang lebih sedikit. Saya sangat sedih pada awalnya, tetapi sekarang sudah membaik. Tetapi tenaga dari 990 membuatnya jauh lebih menyenangkan.


— Valentino Rossi

Rossi kemudian ditanya, bagaimana pertunjukan bisa diperbaiki bagi penggemar yang menonton di sirkuit dan di TV?

Bagi saya, pertunjukan dengan 990cc sama dengan 500cc, ada pertempuran besar dan slide besar, dan itulah yang diinginkan publik. Saya percaya 800 adalah kesalahan terbesar yang dibuat kejuaraan dunia dalam 15 tahun terakhir.

Kami telah kehilangan bagian besar dari pertunjukan dan sebagian dari ini karena elektronik telah berkembang terlalu jauh. Para pabrikan juga melakukan kesalahan besar ketika mereka beralih ke 800cc. Motor 990 lebih baik dalam segala hal.


— Valentino Rossi

Setelah komentar tersebut, sepertinya yang berkuasa atas MotoGP mendengar komentar Rossi tersebut, dan pada Desember 2009, Komisi Grand Prix mengumumkan bahwa kelas MotoGP akan beralih ke 1000cc.

Jadi selama 5 tahun era MotoGP 800cc elektronik berkembang dari dasar sampai ke puncak dalam waktu yang singkat.

Namun tidak ada dari teknologi yang berkembang pesat ini yang membuat motor menjadi lebih aman, yang merupakan tujuan awal teknologi ini diperkenalkan.

Bahkan karena teknologi ini, banyak pembalap yang mengalami high side yang menyebabkan patah tulang selama 2 musim terakhir 800cc.

Pada akhirnya alih-alih membuat balapan lebih aman, motor 800cc malah lebih berbahaya daripada 990cc.

Selain itu semua, kelemahan tambahan era 800cc adalah menciptakan balapan yang membosankan dan sangat mahal bagi pabrikan untuk membuat 1 buah sepeda motor.

Itulah era yang paling dibenci di MotoGP buat fans ataupun pembalapnya atau mungkin timnya itu sendiri. Bagaimana menurut kalian? Komen di kolom komentar di bawah ya.

0 Comments

Posting Komentar